Selasa, 02 Oktober 2012

Berdoa dan Berobat dengan Tasbih




Dari Ibnu Umar, seseorang berkata: “Ya Rasulullah, harta dunia telah berpaling dan meninggalkan aku.” Rasulullah Lalu menjawab: “Barangsiapa denha shalat melihat kamu, tasbihnya para makhluk, dan dengan tasbih itu kamu diberi rezeki. Bacalah ketika datang fajar “Subhanallah wa bihamdihi, subhannallahi al-adzim, astagfirullah” sebanyak seratus kali, maka harta dunia akan mendatangi kamu. Orang tadi pergi dan beberapa waktu kemudian kembali mengatakan: “Ya Rasulullah, harta dunia telah datang keapadaku, sampai aku tidak bisa menempatkannya.” [HR. Khatib Al-Baghdad]

Selasa, 31 Juli 2012

Menikah Cara Ngiwo (kiri)


Oleh: Ippho 'Right" Santosa




Beginilah menikah cara kiri:
  •  Berkenalan
  •  Pendekatan
  •  Pacaran
  • punya pekerjaan tetap
  •  punya kendaraan
  •  punya rumah
  •  punya isi rumah
  •  tunangan
  •  lamaran
  •  menentukan hari baik
  •  seserahan
  •  menyebar undangan
  •  akad nikah
  • resepsi dari pihak keluarga istri
  •  resepsi dari pihak keluarga suami
  •  bulan madu


padahal, bukan begitu yang diajarkan oleh otak kanan dan agama. Cukup kenalan, lamaran, dan akad nikah. Selesai! By the way, itu yang saya lakukan. Cepat, hemat, dan tepat sasaran ‘kan?
Hm contohnya salah seorang pimpinan asuransi bumiputra, Bambang Taruno, bercerita, “Maret 1990 saya mulai bekerja di Asuransi Bumiputra. Nah ketika itu, saya sedang mewancarai seorang karyawati baru. Orangnya pendiam, keibuan, anggun. Saya pun lansung berpikir bahwa dia adalah jodoh saya. Siang hari, sewaktu bertemu denganya yang ketiga kalinya, saya memberanikan diri untuk menegurnya… dan melamarnya! Terang aja, ia kaget dan tidak bisa menjawab! Wong baru kenal! Ngomong-ngomong, kenapa saya bertindak secepat itu? Sebenarnya, sebelumnya saya sudah mengamati dia di musola kantor. Saya amati-amati, kok dia berdoa lamaaa banget. Bahkan berdoanya sampai menangis. Menurut saya, inilah calon istri yang salehah.”

Lanjut bambang, “Tidak tunggu lama-lama, malamnya saya langsung menemui ibunya, melamar. Ternyata dia sudah memiliki teman dekat, seorang pria mapan. Say bilang, ‘Coba kamu Tanya dia, kapan dia mau menikahi kamu. Aku beri waktu tiga hari. Kalau dia bisa menjawab dengan menyakinkan, berarti dia memang jodohmu. Tapi kalau tidak, berarti akulah jodohmu-pendamping hidupmu yang dikirim Allah. ‘Rupa-rupanya, si pria itu tidak berani memberikan jawaban. Ringkas cerita, sekitar dua minggu kemudian kami pun melangsungkan pernikahan. Saat itu, usia saya 24 tahun dan istri saya 22 tahun. Dengan begitu, kami pacarannya, yah setelah menikah. Jangan salah, itu malah lebih nikmat. Alhamdulillah, sekarang kami sudah dikaruniai 4 orang anak.”

Bambang pun berpesan, “Banyak orang yang menunda menikah, karena alas an belum punya pekerjaan tetap, rumah, isi rumah, mobil dan lain-lain. Padahal makin bertambah umur, makin banyak pertimbangan. Kalau boleh saya menyarankan, jangan takut menikah. Luruskan niat menikah itu karena Allah dan segerakan. Sepanjang kita berikhtiar, Allah pasti mencukupkan rezeki kita, istri kita, dan anak-anak kita. Justru dengan menikah, pintu rezeki akan lebih terbuka.” Sebagai tambahan, Bambang bersama istrinya juga rutin mrndirikan shoalat hajat, tahajjud, witir, dan puasa senin-kamis.

Ironisnya, sekarang coba lihat di sekitar kita, betapa banyak orang yang takut menikah hanya gara-gara tidak punya ini dan itu, belum mampu ini dan itu. Lagi pula, bikan pemborosan pernikahan yang telah kita lakukan selam ini, atas nama adat, kebiasaan, tidak mau kalah, dan peristiwa sekali seumur hidup. Giliran untuk undangan dan resepsi, puluhan juta siap untuk dihambur-hamburkan. Lha, giliran untuk umrah dan haji, alasannya tidak punya uang. Memangnya, undangan dan resepsi itu hukumnya apa? Umrah dan haji itu hukumnya apa? Pastilah maklum, umrah dan hajilah yang mestinya lebih diutamakan.

Minggu, 27 Mei 2012

tiga faktor kerinduan orang muda terhadap ke-islaman



pertama, kerinduan umat islam akan kejayaan islam di masa lalu
kedua, ada semacam ketidakpuasan
ketiga, ajaran islam yang konkret yang mampu mengantisipasi kemajuan zaman

Selasa, 21 Februari 2012

Citra Indonesia


Oleh : Ippho Santosa

             Untuk mengetahui citra Indonesia di mata dunia, simaklah cerita selingan berikut.
Alkisah, di atas kapal kecil di tengah laut, berbincang-bincanglah tiga orang penumpang. Kebetulan mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Amerika.
“Sepertinya, kapal kita bakal tenggelam. Mungkin karena muatannya terlalu berat,” si Malaysia memulai percakapan.
“Wah kalau begitu, kita harus mengurangi muatan,” usul si Indonesia.
“Jangan khawatir, teman-teman,” sahut si Amerika sambil berdiri. “Saya membawa setumpuk celana jins dari Amerika. Semuanya akan saya buang ke laut. Di Negara saya, yang seperti itu sih banyak. Murah-murah lagi.” Setumpuk celana jins pun dibuang oleh si Amerika ke laut.
Beberapa menit kemudian, si Malasyia kembali berkata, “Kapal ini masih mungkin tenggelam. Rupa-rupanya, muatannya masih terlalu berat.”
“Jangan khawatir, teman-teman,” giliran si Indonesia yang menjawab seraya berdiri. “Saya membawa setumpuk baju batik dari Indonesia. Semuanya akan saya buang ke laut. Di Negara saya, yang seperti itu sih banyak. Murah-murah lagi.” Setumpuk baju batik pun di buang oleh si Indonesia ke laut.
Ternyata kapal kecil itu tetap saja terancam tenggelam, karena memang muatannya terlalu berat. Langsung saja si Malasyia dilirik oleh si Amerika maupun si Indonesia. Si Malaysia pun tahu diri. Serta merta ia berdiri.
“Mohon maaf, saya tidak membawa apa-apa,” ujar si Malasyia. “Tetapi saya tidak akan tinggal diam.” Usai bicara, tiba-tiba saja si Malaysia mendorong si Indonesia sehingga jatuh ke laut.
“Hei, mengapa si Indonesia didorong ke Laut?” ungkap si Amerika dengan penuh keheranan.
“Jangan khawatir, teman,” balas si Malasyia dengan tenang, “Di Negara saya, yang seperti itu sih banyak. Murah-murah lagi.”
Tahan tertawa anda! Demikianlah merek Indonesia sering menjadi bahan olok-olok, baik dalam keseharian maupun dalam bisnis. Sudah tiba saatnya merek Indonesia dipoles habis-habisan. Istilahnya grand repositioning. Oleh karena itu di sini hanya akan mengulas merek sebuah daerah. Adapun studi kasusnya adalah Batam --- salah satu kota paling dinamis di Asia Tenggara.
Bukan rahasia lagi, mayoritas penduduk Batam adalah pendatang, yang berasal dari berbagai penjuru tanah air, baik dari Kepulauan Riau, Sumatra, Jawa, Kalimantan maupun Indonesia Timur. Suka atau tidak suka, tentu saja masing-masing etnis mengusung etnis mengusung kulturnya sendiri. Ketika segelintir pihak mencemaskan keragaman etnis dan kultur ini sebagai benih-benih perpecahan (weakness). Malah sebaliknya. Sungguhan! Bukankah keragaman ini dapat menjadi nilai jual wisata (strength).
Agak mirip dengan Amerika Serikat. … . Barangkali Amerika terlalu jauh untuk kita. Baiklah, penulis ambil Malasyia sebagai pembanding. Saya berani bertaruh sebenarnya pembauran etnis di Indonesia jauh lebih membumi ketimbang di Malasyia. Namun, dari segi pemanfaatan keragaman etnis dan kultur sebagai nilai jual wisata, penulis yakin kita masih harus belajar dari mereka. Nggak percanya?


Beberapa tahun terakhir, mereka sibuk memasarkan merek Malasyia dengan slogan Truly Asia (Asia yang Sesungguhnya) ke seluruh pelosok dunia. Sekian tahun penulis kuliah dan berkarir di sana, menyadarkan penulis bahwa slogan itu sangatlah cerdas. Ya iyalah. Bukankah setiap kali diperdengarkan kata “Asia” di telinga orang barat, maka terbayang di benak mereka seorang berbangsa China, India, atau Melayu? Bagi orang barat, Asia sangat identik dengan ketiga etnis ini, baik dari segi fisik, kultur, maupun bahasanya, Iya ‘kan?
Kebetulan China, India, dan Melayu adalah tiga etnis yang sangat dominan di Malasyia. Jadi apabila warga dunia ingin bersua dengan etnis China, maka merek Malasyia wajib dipertimbangkan. Apabila warga dunia ingin menyaksikan kultur India, Maka merek Malasyia wajib dipertimbangkan. Apabila warga dunia ingin menyimak percakapan berbahasa Melayu, maka merek Malasyia wajib dipertimbangkan.
Dengan kata lain, Malasyia adalah potret Asia yang sejati. Etnis China, India, Melayu yang terkesan begitu meng-Asia, ternyata semuanya dapat ditemukan di  Malasyia. Maka lahirlah slogan Truly Asia. Begitulah ceritanya. Tak pelak lagi, keragaman etnis dan kultur berhasil menguatkan  merek Malasyia. Bahkan sekarang merek Malasyia diakui sebagai salah satu merek wisata terdepan di Asia. (wisatawannya 17 juta. Padahal penduduknya Cuma 20-an juta. Sebuah rasio yang mencengangkan)



Nah, penduduk Batam patut bersyukur. Kenapa? Yah, karena beragam etnis dan kultur berkumpul disana. Katakanlah, Malaysia(China-India-Melayu), Padang, Batak, Jawa, Sunda, Betawi, Flores, Teochew, Hokkian, Kek, Indonesia Timur dan masih banyak lagi. Pendek kata, hamper semua etnis, kultur, dan agama besar di Indonesia terwakili di Batam---nyaris secara proporsional. …
Hebatnya lagi, kendati etnis dan kulturnya bergam, masyarakatnya tetap rukun (tidak rusuh). Boleh dikatakan, di sana tidak ada kebencian dan kecemburuan yang berarti. Itu betul, di Batam ketika si miskin melihat si kaya, ia akan berguman, “Suatu saat saya akan seperti dia!” Sementara di kota-kota tertentu, ketika si miskin melihat si kaya, ia akan bergumam, “Suatu hari nanti, saya akan habisi dia!” yah, pantas saja rusuh, tidak rukun.







Sementara itu, secara geografis, Batam merupakan titik terluar dari segi Indonesia yang bersinggungan langsung dengan sejumlah Negara. Sekadar catatan, perjalanan laut dari Batam ke Singapura dan Malasyia hanya memakan waktu sekitar dua jam. Oleh karena itu wajar apabila Batam bertindak sebagai representasi Indonesia. Lagi pula di Batam sudah berdiri Sumatera Promotion Centre (Pusat pemasaran provinsi-provinsi se-Sumatra).
Didukung oleh tiga fakta tersebut, maka penulis pilihkan satu slogan, yaitu Batam, A Face of Indonesia (Batam, wajahnya Indonesia). Yah, penulis tidak menemukan slogan lain yang lebih pas dan lebih pantas. Dan barangkali bias diteruskan dengan kalimat deskriptif,
experience the diversity of Indonesia by visiting Batam 
(nikmati keragaman Indonesia dengan berkunjung ke Batam).





Selanjutnya, agar tidak mengecawakan, haruslah ada kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan. Dengan kata lain, pernyataan itu perlu dinkonkretkan, dimana keragaman yang telanjur dimiliki mesti divisualisasikan melalui ikon dan aktivitas budaya. Amatilah Singapura! Dari segi budaya, mereka tidaklah sekaya Malasyia dan Amerika. Akan tetapi, apakah kita melihat Singapura sebagai Negara yang minus budaya? Hm, penulis tidak memandangnya begitu.


Selang beberapa hari di Singapura, ada-ada saja perhelatan budaya yang dipertunjukan. Dan ini menjadi salah satu alas an mengapa hamper 10 juta pelancong mancanegara bertandang ke sana tiap tahunnya. Padahal penduduknya sekitar 4 juta jiwa. Sebagai merek wisata, Singapura terhitung berhasil. Bandingkan saja, Indonesia hanya mampu mendatangkan sekitar 5 juta pelancong dalam setahun. Tahu sendiri kan, penduduk Indonesia lebih dari 230 juta jiwa.
Mari kita renungkan sebentar! Penulis yakin Anda akan sependapat bahwa daripada Singapura sebenarnya Batam memendam harta karun budaya yang lebih melimpah. PR kita bersama hanyalah menggalinya, sehingga memungkinkan objek wisata yang enjoyable dan penduduk yang sociable. Tentu saja, harus dilengkapi dengan infratrukstur yang visitable dan lingkungan yang confortable.
Menurut penulis, dalam rangka membangun merek Batam, sudah tiba saatnya pemerintah setempat menjadi inisiatornya. Yah siapa lagi? Karena memang pemerintah yang memiliki resources dan wewenang untuk mengarahkan segenap lapisan. Apalagi dengan adanya UU Nomor22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah. Lazimnya, pihak lain Cuma bias bersinergi ketika diminta. Begitulah, 
Batam, A Face of Indonesia.


Sumber: 10 Jurus TERLARANG! Kok Masih Mau Bisnis Cara Biasa?

Jumat, 17 Februari 2012

Siapa Sebenarnya Yang Menang


Oleh Abdullah Wong


(Si)apa sebenarnya yang menang? Apakah untuk memenangkan sesuatu kita membutuhkan teanaga layaknya seorang petarung? Jika diperhatikan dengan seksama, selama ini ungkapan kemenangan selalu identik dengan hasil akhir dari proses penaklukan terhadap sesuatu. Sehingga ihwal kemenangan acapkali berkait dengan pencapaian prestasi, perolehan keuntungan hingga penaklukan atas manusia atau obyek lain. Jika pemahaman ini dipahami, maka proses kemenangan sangat reduktif, yakni dalam persoalan fisik dan pikiran semata. Agaknya, kita lupa satu hal yang sangat penting dalam diri kita, tapi selalu saja kita kalahkan. Itulah hati (Qalb).

Dalam hidup, kita seringkali lebih sering memenangkan ego ketimbang hati. Apa pun yang berlangsung adalah bagaimana memuaskan diri sendiri. Kita lupa, bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika kita berkesempatan membahagiakan orang lain. Dan selama berbuat baik dan membahagiakan orang lain, tidak ada logika agama yang menuntuk agar kita harus dibalas dengan kebaikan pula oleh orang yang kita perlakukuan baik itu. Bukankah menurut menurut Al_Quraan kita diciptakan tak lain hanya untuk mengabdi kepada-Nya? Maka, berbuat baik kepada seluruh semesta (rahmatan lil'alamin) adalah tugas kita. Tapi, bagaimana balasan orang lain terhadap kita, bukan urusan kita? Mencintai istri, sahabat, atau saudara kita adalah tugas kita, tapi bagaimana timbal balik mereka kepada kita jangan dijadikan tuntutan. Karena, jika kita mengharap balasan dari mereka, kita seringkali dikecewakan.

Jika kita punya keyakinan bahwa yang mesti kita cari itu bernama bahagia, maka jujurlah bahwa tak ada bahagia yang abadi di bumi ini. Jika kita punya keyakinan bahwa yang mesti kita hindari dan kita tolak bernama susah atau derita, maka jujurlah dalam hati bahwa tak ada kesusahan atau derita yang berlangsung selamanya.
Masing-masing keduanya, datang silih berganti sebagai keutuhan kehidupan. Apa yang disebut bahagia atau susah setiap orang pasti merasakan. Tak hanya orang kaya yang dapat merasa bahagia, tapi seluruh umat manusia. Tak peduli miskin, bodoh, kuli, pegawai rendah, bahkan gembel sekali pun. Jika orang kaya merasa bahagia ketika berhasil membangun supermarket, maka si misikin bahagia ketika dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Sementara si gembel merasa bahagia ketika dia berhasil mengumpulkan sampah-sampah. Tentu saja, rasa bahagia itu sama, yang membedakan hanya obyek atau hal yang membuat bahagia. Inilah di antara prinsip Allah.

Susah dan senang adalah kurikulum Allah yang selalu dihamparkan kepada setiap hamba-Nya. Mestinya kita selalu menerima pada setiap ketentuan yang Allah berikan. Bukankah menerima dengan kesungguhan hati merupakan prinsip utama islam yang berarti pasrah?

Masihkah kita mati-matian mengejar sesuatu yang tidak kekal? Bukankah hanya Allah semata yang Maha Kekal? Tapi mengapa kita masih mati-matian mencari atau menghindari sesuatu jika sebenarnya semua itu adalah pembelajaran dari-Nya? Mengalirlah dengan wajar dan alami. Belajarlah pada air yang rendah hati, berlapanglah seperti samudera, dan bersemangatlah menerima segala pelajaran dari-Nya seperti api yang tak kunjung padam. Akhirnya, (si)apa sebenarnya yang kita menangkan?

Senin, 30 Januari 2012

Keluarga Sakinah


Oleh: Sari Nurulita
Kisah-kasih masa lalu, sejatinya hanyalah kisah usang yang harus dikubur dan tidak diulik kembali di kemudian hari.



Lihat ke depan, bukan ke belakang. Setiap orang pasti memiliki masa lalu entah itu kelam atau indah. Jika masa lalu buruk, ada yang memilih untuk melupakan dan menutupinya sehingga pasangan hidupnya tidak mengetahuinya sama sekali. Sebab kelam dikhawatirkan akan menerpa kehidupan rumah tangganya, maka ada juga orang yang memutuskan untuk menceritakannya kepada pasangan. Terutama dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan fisik, seksual, dan emosi. Dengan berbagi kisah, siapa tahu pasangannya bisa membantu mengatasi semua kekecewaan di masa lalu.

Namun sebelum bercerita kepada pasangan, terlebih dahulu kita bisa memastikan bahwa pasangan siap mendengarkan kisah masa lalu kita. Sebab masa lalu yang diutarakan tak lebih dari sekedar rentetan sejarah hidup yang bisa diambil hikmahnya.
Ironisnya bila kita merupakan orang yang sulit menerima masa lalu pasangan namun selalu ingin mengetahui sisi kehidupan pasangan dimasa yang sudah lampau. Nah, jika ini terjadi, berhentilah melakukan hal tersebut. Cukup ketahui yang penting saja dari dirinya.

Seorang psikolog Dr. Phil McGraw yang popular setelah mengisi acara talkshow kenamaan, Oprah Winfrey Show, menuliskan beberapa tipsnya dalam bukunya Life Strategis: Doing What Works, doing What Matter.
  • Lihat sendiri masa lalu anda. Apakah Anda berhak untuk memberikan penilaian atas masa lalu pasangan . Kalau memanh tidak bisa menerima masa lalu pasangan, itu masalah anda sendiri. Suami/istri tidak perlu melakukan apapun atas permasalahan tersebut.
  • Cobalah sadari kalau pasangan bukan dilahirkan saat ia mulai berkencan anda. Tentu dia punya masa lalu dan jadi kehidupannya tak selamanya berjalan mulus.
  • Terimalah pasangan apa adanya, sisi buruk dan baiknya. Jadikan kelebihan dan kekurangannya itu sebagai cara untuk memperkuat ikatan anda dan dirinya.


Apapun yang terjadi pada kehidupan asmara kita sebelumnya, suami/istri seyogyanya lebih fokus pada keadaan yang dijalaninya saat ini. Tak peduli seberapa baik atau buruk mantan kekasih di masa lalu. Sebab boleh jadi kenangan manis yang tersisa dari masa lalu belum tentu indah bila kita berjodoh dengan orang-orang di masa lalu.

Manis ataupun buruk, masa lalu yang hadir kembali mewarnai kehidupan rumah tangga pada akhirnya tidak mungkin bisa dihindari. Masa lalu akan senantiasa hadir mengikuti ritme kehidupan manusia. Ia hadir baik hembusan angin yang sedang menderu ke arah yang sedang berlangsung bahkan masa yang akan datang. Satu sama lain saling berkaitan. Sebab itulah siapa pun tidak bisa menghindarinya kendati kita telah mengklaim menguburnya hidup-hidup.

Tetapi, bagaimanapun masa lalu mengintai kehidupan kita, toh kini kita sedang menapaki kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan nyata yang sedang kita bentuk menuju kehidupan di masa depan. Kehidupan dirancang bangun dengan segenap kekuatan cinta dan restu keluarga besar.


Sumber:
Hidayah Tahun 11 – Edisi 125 Safar / Djumadil Ula 1433 H / Januri 2012